Pernah coba makan tahu asli Tangerang Selatan? Kalau belum pernah, coba saja Tahu Serpong. Tahu asal Tangerang Selatan (Tangsel) ini memang tidak terlalu berbeda dari tahu-tahu yang beredar di pasaran. Tahu tersebut digoreng terlebih dahulu sebelum disajikan. Namun sebelum digoreng, tahu Serpong harus direbus atau dikukus terlebih dahulu. Tahu tersebut cukup berisi dan basah. Setelah dimakan, rasanya boleh juga.
Harganya pun murah meriah. Bisa dimakan hanya dengan cabe rawit dan sambal kecap. Tahu serpong ini merupakan alternatif lain dari sajian tahu.
Republika mencoba menyambangi pabrik pembuatan Tahu Serpong ini. Terletak di Kampung Baru Asih RT.09/RW.13 Kelurahan Muncul, pabrik tahu itu terkesan sederhana. Kiwang (44 tahun), pria keturunan Thionghoa pemilik pabrik sederhana itu, meneruskan usaha turun temurun keluarganya sebagai pembuat tahu.
Orang tua Kiwang sudah memulai usaha dari 1995. Semenjak lulus SD, Kikwang pun sudah terampil membuat tahu. "Baru pada tahun 1999 saya pindah ke Tangsel dan memulai usaha disini," ujar Kiwang sambil menyantap makan siangnya.
Yang membuat Tahu Serpong berbeda adalah proses pembuatannya yang ditangani langsung oleh sang generasi turun temurun. Kiwang mengaku hanya memperkerjakan tenaga kerja yang berasal dari kerabat dekatnya. Prosesnya pun masih tradisional.
Kiwang masih menggunakan kayu bakar untuk menjaga kualitas dan rasa tahu buatannya. "Rasa tahu akan lebih enak kalau pakai kayu bakar. Makanya, tahu yang saya buat tidak mudah bau dan asam," ujar Kiwang. Dalam sehari, industri pembuatan tahu milik Kiwang menghabiskan ratusan potong kayu sebagai bahan bakar.
Setiap harinya, industri tahu milik Kiwang menghasilkan 2500 buah tahu. Ia tidak pernah mencoba memasarkan tahu buatannya. Justru, para pembeli berdatangan ke pabrik tahu miliknya.
Selain harganya yang murah, yakni Rp 300, tahu buatan Kiwang tanpa memakai bahan pengawet. "Tahu kita bebas formalin dan dari kunyit asli," ujarnya.Yang membuat Tahu Serpong berbeda adalah proses pembuatannya yang ditangani langsung oleh sang generasi turun temurun. Kiwang mengaku hanya memperkerjakan tenaga kerja yang berasal dari kerabat dekatnya. Prosesnya pun masih tradisional.
Kiwang masih menggunakan kayu bakar untuk menjaga kualitas dan rasa tahu buatannya. "Rasa tahu akan lebih enak kalau pakai kayu bakar. Makanya, tahu yang saya buat tidak mudah bau dan asam," ujar Kiwang. Dalam sehari, industri pembuatan tahu milik Kiwang menghabiskan ratusan potong kayu sebagai bahan bakar.
Setiap harinya, industri tahu milik Kiwang menghasilkan 2500 buah tahu. Ia tidak pernah mencoba memasarkan tahu buatannya. Justru, para pembeli berdatangan ke pabrik tahu miliknya.
Sumber : republika.co.id
Posting Komentar